Wednesday, September 30, 2009

Knowledge Is Power but Character Is More

Suatu hari anak saya, Hamada, yang baru masuk TK bercerita tentang teman-teman di sekolah barunya. Hamada bercerita bahwa ada seorang teman yang berulang-kali memuji dia sebagai anak yang paling cantik sedunia. Bukan paling cantik di kelas, atau di sekolah, tapi ndak tanggung-tanggung paling cantik sedunia. Dan bukan hanya sekali, tetapi berulang-kali.

Bukan Hamada saja yang GR dengan pujian itu, kami sebagai orang tua juga senang bahwa Hamada bisa diterima di lingkungannya yang baru. Namun sebagai orang tua, saya melihat adanya kemungkinan bahwa pujian itu bisa membawa akibat yang kurang baik bagi kepribadian anak saya jika dibiarkan begitu saja. Maka malam harinya seusai sholat Maghrib berjamaah, saya mencoba memberi pembekalan untuk Hamada menghadapi pujian-pujian seperti itu.

Saya membuka perbincangan dengan mengatakan bahwa saya senang dan bangga punya anak yang cantik, pintar menggambar, pintar main komputer, pintar membaca, pintar berhitung, dan lain-lain. Hamada terlihat senang dengan ucapan saya tersebut. Saya kemudian melanjutkan, “Tapi Buya lebih senang lagi kalo Hamada bisa jadi anak yang shalihah, sopan, berbakti pada orang tua, rajin sholat, dan pintar mengaji”. Hamada manggut-manggut. “Kalo cantik, pintar berhitung, pintar membaca, tapi ndak sopan, buat apa?”, kata saya lagi. “Salah-salah kecantikannya malah dipakai untuk hal-hal yang tidak benar, membohongi orang, mencuri, dan perbuatan jahat lainnya”. Hamada lalu tersenyum, membuat saya merasa lega bahwa Hamada ternyata bisa mengerti apa yang saya sampaikan.

Ilmu itu adalah besaran vektor alias besaran yang mempunyai nilai dan arah. Bila arah ilmu itu negatif, maka semakin besar ilmunya semakin besar pula nilai negatifnya. Ibarat orang yang tersesat, semakin jauh ia berjalan, semakin jauh pula ia dari kebenaran. Cocok sekali semboyan yang digunakan SMAN 3 Bandung, knowledge is power but character is more. Kekuatan moral, akhlak, atau budi pekerti lah yang menentukan apakah ilmu itu positif atau negatif.

Ilmu dengan arah yang benar, Insya Allah akan membawa kebaikan bagi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya ilmu yang tidak dibekali dengan akhlak yang baik, hanya akan menjerumuskan manusia dan lingkungannya ke jurang kesengsaraan. Kita sebagai orang tua mempunyai peran yang sangat besar dalam membekali anak-anak kita dengan akhlak yang baik agar ilmu mereka kelak bisa membawa manfaat bagi umat manusia dan lingkungannya.

Semoga Makin Banyak Erdogan Bermunculan

Berikut ini cuplikan artikel dari Eramuslim.com. Semoga makin banyak Erdogan bermunculan demi membela negara-negara Islam yang diperlakukan tidak adil. Amin.


Erdogan Kembali "Guncang" Sidang PBB

Sosok Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan kian hari kian menjadi pujaan dan "pahlawan" sekaligus simbol kebangkitan baru atas dunia Muslim, sekaligus simbol perlawanan yang cerdas (bukan perlawanan konyol dan bodoh ala Arab) di hadapan dunia Barat.

Sabtu (28/9) kemarin, Erdogan kembali memberikan kejutan bagi dunia. Di hadapan majlis sidang PBB di New York, Erdogan memberikan pidato sambutan yang mengguncang terkait perdamaian di Timur Tengah dan isu nuklir di kawasan.

Dalam pidatonya, Erdogan mengkritik sikap tak adil dan standar ganda yang diterapkan oleh negara-negara Barat terkait permasalahan nuklir. Di satu sisi, negara-negara Barat kini tengah berusaha sekuat tenaga untuk mengganjal langkah Iran yang tengah mengembangkan teknologi nuklir damai--yang kian hari kian berkembang pesat, namun di sisi yang lain, negara-negara Barat juga mendiamkan Israel yang memiliki senjata nuklir.

"Saya sudah bertemu dengan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, dan berbincang-bincang dengan beliau, termasuk isu nuklir negeri itu. Presiden Ahmadinejad menegaskan, negaranya sama sekali tidak berniat untuk mengembangkan senjata nuklir," terang Erdogan membela Iran.

Ditambahkan oleh Erdogan, dirinya sangat menentang keberadaan senjata nuklir di Timur Tengah, dan di seluruh belahan dunia.

"Kami tentu berpegang teguh kepada kesepakatan dunia yang menentang adanya senjata nuklir di kawasan Timur Tengah, dan juga di seluruh dunia. Tetapi, di kawasan itu ada satu negara yang memiliki ratusan rudal berhulu ledak nuklir. Negara itu adalah Israel," terang Erdogan.

Terang saja, para peserta sidang majlis PBB itu pun tersontak dengan pernyataan Erdogan. Sebagaimana maklum diketahui, pembicaraan mengenai "kepemilikan Israel atas senjata nuklir" adalah hal yang tabu untuk dibicarakan di majlis-majlis internasional seperti PBB.

"Israel bahkan telah nyata-nyata di hadapan dunia menggunakan senjata posphorus untuk menyerang Gaza. Apa ini? Ini adalah senjata pemusnah massal yang berhasil membunuh 1400 perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 5000 jiwa."

Selain menyinggung kejahatan perang Israel atas Gaza, Erdogan juga menyinggung kehancuran bangsa, negara, dan peradaban di Irak akibat perang yang dilancarkan Amerika pada 2003 silam atas negeri 1001 malam itu.

"Lihat juga di Irak. Negeri yang memiliki peradaban tua dan tinggi itu kini hancur. Lalu, apakah kehancuran itu juga diharapkan terjadi pada Iran?"

Pernyataan-pernyataan Erdogan di atas tentu sangat mengejutkan banyak pihak. Bukan sekedar karena sosok Erdogan yang berlatar belakang Islami, melainkan juga karena keberadaan negaranya, Turki, yang memiliki beberapa posisi strategis dan memegang kartu bagus di kawasan.

Wednesday, September 9, 2009

Siaran Shalat Tarawih Dari Mekkah Lebih Baik Jam 1 Pagi Atau Jam 4 Sore?

Tulisan ini di copy dari blog ustadz Gene Netto.

Dari beberapa tahun yang lalu, sudah menjadi kebiasaan saya untuk bergadang di bulan puasa, khususnya supaya bisa nonton siaran langsung Shalat Tarawih dari Masjid-il-Haram di Mekkah. Alhamdulillah saya sering bisa begitu kalau tidak ada kerjaan di pagi hari, sehingga bisa nonton sampai selesai dan tidur setelah subuh. Tetapi kebanyakan orang harus berangkat kerja pada waktu pagi, jadi hampir tidak mungkin kalau mereka menonton Shalat Tarawih dari Mekkah yang biasanya mulai pada jam 00:30 dan berakhir pada jam 02:20.

Ada beberapa alasan kenapa saya senang nonton Shalat Tarawih yang disiarkan langsung dari Mekkah. Pertama, saya bisa melihat Ka’bah secara langsung (walaupun hanya lewat tivi), tetapi tayangan di televisi terkesan lebih nikmat daripada foto Ka’bah yang ada di kamar. Kedua, saya bisa mendengarkan ayat-ayat suci Al Qur'an yang dibacakan oleh Imam Masjid-il-Haram, yang insya Allah termasuk imam yang paling baik di dunia. Kemarin, pada saat Imam bacakan ayat sajdah, saya juga ikut sujud, dan pada saat itu, di tengah malam yang sunyi, saya merasa ikut bersujud bersama dengan sekitar 3 juta orang yang juga sedang sujud di depan Ka’bah.

Bagi orang yang mungkin belum tahu, ayat sajdah (atau sajadah) adalah ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang didalamnya mengandung kata sujud dan kaum muslimin yang membaca atau mendengarnya disunnahkan untuk sujud langsung pada saat membaca atau mendengarnya.

Dari Abu Hurairah yang berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: “Apabila anak Adam membaca ayat sajdah kemudian ia bersujud, maka syaitan akan menjauhi dia sambil menangis dan berkata: ‘Celakalah aku. Anak adam diperintahkan untuk sujud lalu ia sujud maka baginya adalah surga. Dan aku diperintahkan untuk sujud lalu aku menolaknya maka bagiku api neraka.’” (HR. Muslim No. 81)

Walaupun saya berada di Indonesia, pada saat ikut sujud saya merasa dekat sekali dengan 3 juta saudara yang sedang sujud juga di Mekkah.

Salah satu alasan yang lain yang mendorong saya untuk nonton setiap tahun adalah kenyataan bahwa dulu saya nonton siaran langsung Shalat Tarawih dari Mekkah untuk pertama kali pada tahun 1995. Pada saat itu, saya masih orang non-Muslim dan masih belajar tentang Islam karena belum yakin bahwa Islam benar. Tetapi setelah saya melihat 3 juta orang melakukan Shalat Tarawih di dalam masjid yang sama, pada waktu yang sama, dalam bahasa yang sama, di belakang pemimpin yang sama, berdiri tegak mengarah ke kiblat yang sama (yaitu Ka’bah), dan mereka ruku dan sujud pada saat yang sama, dalam upaya berdoa kepada Tuhan yang sama, maka saya menjadi terkejut sekali karena tidak ada pemandangan yang setara di seluruh dunia, yang begitu rukun, indah dan mulia, selain di dalam Islam.

Melihat tayangan itu dulu membantu saya masuk Islam karena saya yakin manusia tidak bisa menciptakan kegiatan seperti itu sendiri. Kalau murni berasal dari manusia, pasti terjadi berbagai macam keributan, misalnya dari siapa yang boleh jadi imam, gerakan mana yang akan dipakai, arah mana yang dihadapi, sampai bahasa apa yang akan digunakan dan seterusnya. Tetapi kalau berasal dari Allah SWT, maka tidak terjadi keributan, dan semua orang masuk masjid secara rukun untuk berdoa kepada Allah.

Mungkin kebanyakan orang tidak memikirkan Shalat Tarawih dari sisi dakwah, tetapi itu yang saya alami sendiri. Melihat shalat yang satu itu yang begitu rukun dan indah, di tempat yang paling mulia di dunia, membantu saya masuk Islam pada tahun 1996.

Dari dulu sampai sekarang, tayangan itu selalu diadakan secara langsung, pada jam 00:30 pagi sampai jam 2:30 pagi. Dan saya yakin hanya ada sedikit orang seperti saya yang sanggup tahan ngantuk dan nonton sampai selesai.

Menurut saya, tayangan yang satu ini akan jauh lebih bermanfaat bila disiarkan pada jam 16:00 sore sampai waktu maghrib. Kalau ada di sore hari, maka banyak karyawan masuk tidak akan bisa nonton karena masih berada di kantor. Tetapi masih ada banyak orang lain di rumah pada saat itu. Ibu rumah tangga, anak sekolah, remaja, mahasiswa, orang yang sudah pensiun, orang yang lagi tidak kerja, orang yang jaga warung, dan seterusnya.

Alangkah baiknya bila ummat Islam diberikan sebuah tayangan yang begitu mulia, yang direkam dari malam sebelumnya dan disiarkan pada jam yang ramai, yaitu jam 16:00 sore. Selain kenikmatan yang akan dialami oleh ummat Islam yang bisa nontonnya, juga ada unsur dakwah yang insya Allah besar bila orang non-Muslim bisa melihat shalat yang begitu luar biasa setiap sore selama satu bulan.

Dulu tayangan itu ada di RCTI, lalu berhenti selama beberapa tahun setelah krismon, dan sekarang dimulai lagi di TVRI. Sayangnya, teksnya (terjemahan ayat) dalam bahasa Inggris sekarang. Dulu, waktu di RCTI, teksnya pakai bahasa Indonesia, dan kelihatan sekali bahwa ada seorang teknisi yang jaga teksnya dan sesuaikan dengan bacaan Imam.

Kalau ada yang peduli pada ummat Islam, dan ingin membantu ummat Islam mendapatkan tayangan yang terbaik di dalam bulan puasa, tolong sebarkan email ini kepada semua teman, khususnya yang kerja di stasiun televisi, lebih khusus lagi di TVRI. Tolong juga kirim ke semua politikus, pengurus partai, pejabat, ustadz, dan tokoh Islam. Kalau kita minta bantuan kepada mereka semua untuk memberikan tayangan ini kepada ummat Islam di sore hari, mungkin mereka akan segera begerak untuk geserkan acara-acara pelawak dan sinetron yang ditayangkan sekarang dan menggantikannya dengan tayangan Shalat Tarawih dari Masjid-il-Haram pada jam 16:00 sampai waktu maghrib.

Selain manfaatnya bagi anak-anak kita yang bisa melihat langsung kemuliaan Islam, juga sangat mungkin ada orang lain seperti saya yang akan merasa tertarik pada Islam setelah melihat pemandangan yang sangat mulia itu.

Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene Netto

Wednesday, September 2, 2009

Demokrasi Dalam Kehidupan Rumah Tangga

Seorang teman di kantor saya bertanya, “Siapa pengambil keputusan di keluargamu? Apakah kamu sendiri atau berdua dengan istrimu?”. Saya menjawab bahwa untuk masalah besar kami selalu musyawarah bersama. Teman saya itu terlihat puas dengan jawaban saya, dia kemudian menjelaskan bahwa di dunia ini banyak suami yang otoriter, mengambil keputusan sendiri sementara istrinya harus mengikuti. Teman saya ini seorang wanita karir yang sudah bertahun-tahun menafkahi keluarganya.

Mendengar teman saya berkata seperti itu, saya kemudian menjelaskan kepadanya maksud jawaban saya sebelumnya. Saya bilang kepadanya, ”Well, dalam satu kapal tidak boleh ada 2 kapten”. Saya menjelaskan bahwa musyawarah yang saya dan istri saya lakukan adalah media untuk membantu saya mengambil keputusan. Keputusan terakhir ada di tangan saya sebagai pemimpin rumah tangga, tetapi sebagai leader yang baik saya harus bisa “mendengarkan” istri dan bahkan anak-anak saya. Entah karena jawaban saya atau karena sesuatu yang lain, dia kemudian mengalihkan pembicaraan ke topik yang lain.

Di negara barat termasuk Kanada tempat saya tinggal saat ini, saya melihat mereka mencoba memasukkan unsur demokrasi ke dalam rumah tangga sebisa mungkin. Menurut kamus Internet Wikipedia, prinsip utama demokrasi ada 2 yaitu kesamaan (equality) dan kebebasan (freedom). Pada umumnya dalam sebuah rumah tangga di Kanada, istri punya hak dan kewajiban yang sama dengan suami. Adalah suatu hal yang wajar melihat ada suami yang memasak, belanja, atau menjaga anak sementara istri bekerja. Sebaliknya wajar juga kita melihat sang istri mencuci mobil, mengecat rumah, atau memperbaiki atap rumah. Bagi mereka hal ini adalah perwujudan dari kemandirian mereka dalam hidup berumah tangga. Kekuasaan dalam rumah tangga pun di bagi 50-50 antara suami dan istri sehingga masing-masing mempunyai hak yag sama dalam mengambil keputusan.

Dalam hal kebebasan, seorang istri bebas melakukan apa saja asal tidak mengganggu orang lain, demikian juga sebaliknya untuk sang suami. Sang istri boleh saja bekerja sampai larut malam, atau berliburan ke Hawaii bersama teman-temannya walaupun suaminya keberatan. Suami tidak berhak melarang. Sebaliknya suami juga boleh tidak memberi nafkah istri, atau memuaskan hobinya mancing di laut berhari-hari, walapun istrinya keberatan. Suami dan istri saling menghargai kebebasan masing-masing.

Lain padang lain belalang. Begitupun dalam urusan rumah tangga, setiap orang mempunyai cara masing-masing dalam mengatur urusan rumah tangganya. Saya yang dilahirkan dan dibesarkan di Indoesia dengan keluhuran budayanya, merasa bersyukur pada norma-norma agama maupun sosial yang selama ini saya jadikan patokan dalam hidup berumah tangga. Bagaimana dengan Anda? Apakah anda menerapkan demokrasi dalam kehidupan rumah tangga anda?