Thursday, February 17, 2011

Jum'at : Menjadi Hari Pembubaran Ahmadiyah

Sumber: Eramuslim

Hari Jum'at ini akan menjadi hari, "Pembubaran Ahmadiyah". Ormas-ormas Islam rencananya usai shalat Jum'at akan menyelenggarakan aksi di Bunderan Hotel Indonesia (HI), yang menuntut pembubaran Ahmadiyah. Aksi menuntut pembubaran Ahmadiyah ini sudah berulang-ulang diselanggarakan ormas-ormasi Islam. Tetapi, pemerintah tidak bergeming, dan sampai hari ini masih membiarkan Ahmadiyah hidup.

Para ulama, pemimpin ormas Islam, sudah melakukan segala upaya, mendatangi para pejabat Indonesia, aparat penegak hukum, dan bahkan sudah berkirim surat kepada Presiden SBY, agar mengambil keputusan membubarkan Ahmadiyah. Bahkan, aksi di depan Istana Negara, sudah berlangsung berulang-ulang yang di selenggarakan ormas Islam, tetapi pemerintahan SBY, nampaknya masih sangat 'sayang' dengan Ahmadiyah, sehingga Ahmadiyah tetap di biarkan hidup. Inilah yang menyebabkan timbulnya konflik di akar rumput, yang dapat mengancam stabilitas negara.

Bahkan, kemarin Komisi VIII, bertemu dengan tokoh Ahmadiyah, Abdul Basith, yang dengan beraninya mengatakan bahwa sesudah Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wa Sallam, masih ada nabi yaitu Gulam Mirza Ahmad dari India. Inilah yang membuat umat Islam, para ulama serta para pemimpin ormas Islam tidak dapat mentolerir.

Aksi damai ini untuk mendesak agar Jamaah Ahmadiyah dibubarkan. Rencananya, digelar usai salat Jumat. Berbagai ormas ikut serta seperti Front Pembela Islam (FPI), dan Forum Umat Islam (FUI).

"Ini aksi damai, tidak akan anarkis. Pesertanya nanti akan taat pada pimpinan aksi. Para habaib dan ustad akan orasi," ujar penanggung jawab aksi, Ustad Bernard Abdul Jabbar, kepada para wartawan di Jakarta.

Usai menggelar aksi di Bundaran HI, massa akan long march ke kantor Komnas HAM yang terletak di Jalan Latuharhari, Menteng, Jakarta Pusat. Massa ingin mengingatkan kepada Komnas HAM agar tidak hanya melindungi Ahmadiyah.

"Ahmadiyah berlindung ke Komnas HAM. Komnas HAM membela luar biasa sekali Ahmadiyah atas nama HAM. Komnas HAM harus melindungi semua orang," ujar Ustad Bernard.

Diperkirakan, jumlah massa yang akan hadir sekitar seribu orang. Bahkan, warga dari daerah dikabarkan datang ke Jakarta untuk mengikuti aksi damai ini. Mereka dianjurkan untuk memakai pakaian putih.

"Ribuan yang akan hadir. Apalagi dari daerah juga ada yang datang. Kita mendesak Ahmadiyah dibubarkan," tutupnya. Langkah ini akan terus diambil oleh ulama, pimpinan ormasIslam, dan tokoh yang akan terus memperjuangkan dibubarkan Ahmadiyah.

Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indoneisa (DDII), Syuhada Bahri, mengatakan, "Tidak ada pilihan lain, kecuali Ahmadiyah harus dibubarkan", tegasnya. (mhi/inlh)


Kick Andy METRO TV “Kesandung” Tayangan Seks Bebas Remaja

Sumber: Arrahmah

JAKARTA (Arrahmah.com) - Acara talkshow Kick Andy 'kesandung' tayangan seks bebas remaja. Andy F Noya, host acara Kick Andy dituding mengeksploitasi pekerja seks komersial remaja di saat taping (rekaman) acara tersebut, Rabu (19/1/2011). Parahnya terjadi 'insiden' pengusiran oleh Andy F Noya kepada Dewi Motik dari Ketua Konggres Wanita Indonesia dan Tatty Elmir, Direktur Eksekutif Djakarta Public Society. Berikut 'curhat' Tatty Elmir di blognya pasca 'pengusiran' oleh Andy F Noya.

KISAH DI BALIK INSIDEN KELUARNYA DEWI MOTIK DAN DIUSIRNYA SAYA OLEH ANDI F NOYA DALAM KICK ANDY DI METRO TV

"Kami Tak Sudi Diperintah Untuk bertepuk Tangan Atas Bencana Yang Kami Tangisi".

Malam ini, Rabu 19 Januari 2011 saya mendapat pembelajaran hidup yang luar biasa hebat. Peristiwa yang menjadi guru nan bijak bestari, dan tak mungkin akan terlupakan.

Sejak tadi SMS, dering telepon di HP dan rumah beberapa kali berbunyi menanyakan keadaan saya setelah diusir Andi F Noya dari Metro TV, dalam tapping acara Kick Andy (KA) tadi.

Lalu terpikirlah kini, ketimbang saya harus menceritakan kejadian yang sama berulang-ulang, mending saya tulis saja mumpung peristiwanya masih segar dalam ingatan.

"Hah, mama diusir ? seriuuuuus ?" tanya anak-anak tak percaya.

"Hehehe ga apa-apa diusir, asal setelah itu orang-orang menyadari, dan menjadi lebih sensitif, mengapa kita mau diperintah, harus bertepuk tangan untuk bencana yang kita tangisi?". Saya berusaha cengengesan.

Hmmm...Ceritanya berawal ketika hari minggu siang 16 Januari 2011, pejuang anak dan ketahanan keluarga psikolog Elly Risman, mengirim pesan singkat kepada Ibu Inke Maris (praktisi media, Ibu Wirianingsih (mantan ketua PP Salimah, Ibu Masnah Sari(Mantan Ketua KPAI, Shakina( Direktur Lembaga Manajemen Pendidikan Indonesia) dan saya sebagai pengurus ASA Indonesia, agar kami berkenan datang ke Metro TV, Rabu untuk mensupport Ibu Elly yang diundang sebagai nara sumber dalam acara "KA". Pada awalnya saya sudah mengatakan tak bisa hadir karena sudah ada agenda rapat. Namun karena Bu Inke Maris tiba-tiba kecelakaan, maka bu Elly lagi-lagi meminta saya untuk berkenan hadir, paling tidak memperlihatkan kekompakan kita.

Waktu itu kami semua berfikir dan membayangkan Ibu Elly Risman pimpinan Yayasan Kita dan Buah Hati, sahabat seperjuangan kami dalam mendirikan organisasi perlindungan anak ASA INDONESIA, akan dihadirkan sebagai tokoh pejuang anak dan perempuan, yang menginspirasi banyak orang dan layak jadi teladan, sebagaimana "Pahlawan di jalan sunyi" lain yang sebelumnya kerap dihadirkan di KA.

Meski kami sudah mengusahakan hadir 30 menit sebelum tapping jam 17.00 seperti yang dijadwalkan, ternyata acara molor 2 jam lebih, toh undangan berusaha ikhlas demi mensupport pejuang sekaliber Ibu Elly. Saya juga melihat begitu banyak petinggi dari berbagai organisasi termasuk institusi/lembaga negara seperti Depkes, Menkokesra, Menpora, dan lain-lain. (Semua tokoh yang saya tanyakan mengaku hadir untuk mensupport Ibu Elly, bukan atas undangan pihak Metro TV). Tentu mereka mengorban waktu mereka yang demikian berharga.

Sebelum acara dimulai, seperti biasa, floor manager ( tak taulah kalau di KA istilahnya apa) memberikan pengarahan yang antara lain, harus bertepuk tangan dengan antusias kalau dia mengaba-aba, mengawali tepuk tangan.

Sessi pertama Andi Noya menghadirkan seorang gadis remaja yang sejak usia 16 tahun sudah terbiasa melakukan seks bebas dan kini menjadi PSK. Kawan-kawan dari berbagai organisasi wanita di samping dan belakang saya mulai berbisik-bisik dan mengungkapkan kekecewaan, kenapa Andy justru mengeksplor masalah ke"terjerumusannya", bukan alert tentang bahaya seks bebas dan pornografi. Banyak ungkapan-ungkapan miris si gadis justru ditanggapi dengan joke oleh Andi yang memberi kesan seolah membenarkan kebiasaan buruk si gadis. Misalnya Andy bertanya "Apakah bunga ( nama samaran si gadis) memilih-milih orang yang menerima jasanya(yang disebutnya sebagai klien). Lalu si gadis menggeleng. Terus Andy mencecar terus, jadi ga apa-apa kalau yang datang tipe begini, begitu...termasuk..."Jadi orang kribo juga boleh?", tanyanya nakal sambil ngakak menunjukkan ke 'kriboan'nya.(Meski hanya gurauan, tapi ga kebayang bagaimana perasaan anak , istri dan mertua Andy menonton acara ini )

Dan banyak lagi joke-joke yang sangat tidak pantas dilontarkan jika kita memang MEMPRIHATINKAN masalah tersebut.

Yang lebih mengecewakan, Ibu Elly Risman yang diundang sebagai nara sumber, ternyata hanya didudukkan di kursi audience, lalu ditanya singkat, tanpa mempertajam "MATERI", yang menyangkut peringatan atas sesuatu yang selama ini selalu disebut bu Elly sebagai "Bencana Kemanusiaan" . Ibu Elly tak lebih hanya dijadikan sebagai "Asesoris" , pelengkap dan pemanis suatu acara.....dan sebagai alasan untuk suatu show yang seimbang karena menghadirkan pakar.

Sampai selesai wawancara dengan PSK remaja perempuan tadi, tak sekalipun Andy menanyakan dampak atau mudharat yang diterima si anak. Semua pertanyaan-pertanyaan hanya memancing jawaban yang seolah-olah memberikan pesan "Bahwa seks bebas adalah sesuatu yang lumrah bagi remaja, dan BETAPA MUDAHNYA MENCARI UANG DENGAN MENJUAL DIRI". Yang lebih miris, Andy memancing apa benar si gadis juga dipakai pejabat penting ? Lalu tertawa-tawa ketika si gadis mengiyakan sembari menyebut-nyebut pelanggannya dari berbagai lembaga terhormat negara seperti DPR dan BIN. ( Kata-kata itu, lalu diulang-ulang dan diperdalam dalam canda tawa). Yang lebih konyol, ketika Andi memancing lagi, bagaimana bisa tahu bahwa mereka dari lembaga itu? Dan si"Bunga" menjawab "Dari kartu anggota ". Agaknya memang dalam segala situasi dan program, sudah menjadi rahasia umum, Metro TV senantiasa teramat BERSEMANGAT, mencoreng wibawa pemerintah. Dan kebencian kepada pemerintah itu rupanya harus dipupuk dan diekspresikan di setiap tayangan.(Pas bagian ini baru saya tertawa walau kecut, menertawakan diri sendiri, atas keluguan mencerna sesuatu yang mengabaikan akal sehat, duh apakah masuk akal, bila seseorang akan melakukan perbuatan maksiat lalu menyorongkan kartu identitas dulu? )

Babak demi babak berlalu tanpa ada penekanan bahwa ini adalah sesuatu yang harus diprihatinkan, maka diundang pula nara sumber kedua, seorang PSK laki-laki berusia 19 tahun. Andy kian berani dengan canda vulgarnya, dan berusaha terus mengilik si remaja untuk blak-blakan menceritakan kisahnya sebagai PSK laki-laki dan gigolo dengan pasar 40 % perempuan dan 60% laki-laki ( Tapi versi narator di film pendek yang diputar 70% pelanggannya adalah laki-laki). Andi dengan leluasa mengekspresikan ke'kagumannya' atas "bualan" si anak yang katanya biasa dibayar 2-15 juta perorang, dan sehari ia biasa melayani sekitar 3 orang. Tragisnya lagi, cerita MENGERIKAN yang diungkapkan si anak yang merupakan berita duka untuk bangsa ini, justru harus diberi applause saban si nara sumber selesai mengobral kisah yang itu kian seru dan kian seru. Andi tak malu-malu mengumbar canda bahwa ia ngiri dengan gigolo bau kencur ini, dan ini adalah sesuatu yang ia juga impikan di masa muda, di saat masuk dalam obrolan bagaimana mereka 'main dalam mobil dengan beberapa orang gadis. Sungguh-sungguh ini lawakan yang menjijikkan, dan sangat melukai perasaan kita sebagai orang tua, dan tentunya melukai perasaan orang-orang beragama dan BERADAB.

Saya benar-benar gelisah di antara tawa gaduh ratusan mahasiswa dan anak muda yang diundang hadir, sembari sesekali menatap kawan-kawan, termasuk bu Elly yang juga tak dapat menyembunyikan kegelisahan beliau. Saat BREAK, ketua Kowani Ibu Dewi Motik mengingatkan Andy, bahwa sangat tak layak meminta orang bertepuk tangan untuk sesuatu yang memprihatinkan. Berulang-ulang beliau mengatakan merasa didzalimi. Saya juga meminta Andy untuk lebih memberi ruang kepada bu Elly sebagai peringatan kepada masyarakat, terutama anak-anak, agar tidak melakukan kesalahan yang sama. (Saya malahan berharap kehadiran kawan-kawan aktifis yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit kelamin dapat dijadikan sebagai info tambahan, bagaimana situasi dan data-data mengerikan di balik ruang prakteknya ).

Ekspektasi saya waktu itu, sebagai host yang bijak, Andy akan meminta masukan dari para pakar yang banyak hadir, bagaimana baiknya ending acara ini agar tidak disalah pahami, dan pesan yang disampaikan membawa manfaat untuk masyarakat, terutama anak mudanya agar jangan sekali-sekali meniru dan mengulangi kesalahan yang sama.

Duh....Alih-alih meminta saran, rasanya sungguh tak percaya, Andy terkenal dengan citranya yang 'baik' malah mengusir saya dari ruangan. Waktu Ibu Dewi Motik meninggalkan ruangan sembari mengucapkan kata-kata yang kurang lebih seperti ini.... "Maaf Andy, saya terpaksa meninggalkan ruangan ini, karena saya dizalimi. Saya pikir yang jadi nara sumber Ibu Elly, tapi ternyata anda memaksa kami untuk bertepuk tangan di tengah cerita yang menyedihkan dari anak-anak PSK ini ". Saya lihat Andy Noya dengan wajah tegang mempersilakan bu Dewi Motik yang memang sudah berjalan pergi, untuk meninggalkan ruangan. Lalu sutradara mengingatkan "Lihatlah acara ini dengan utuh". Ibu Elly Risman juga berusaha menenangkan dengan mengatakan bahwa nanti di babak akhir acara beliau akan mengingatkan masyarakat.

Biar ruangan tidak semakin gaduh, saya mencoba menyabarkan diri dengan bilang "Ya sudah kalau begitu, saya tetap akan di sini, dan berharap semoga acara berjalan seperti yang dijanjikan"

Tak dinyana tak diduga, eh Andy dengan kasar justru berulang-ulang bilang "Ibu juga ....Ibu harus pergi dari sini, kan ibu sudah tak tahan kan...ibu harus pergi...Ibu harus pergi !!"

Otomatis sayapun mengikuti langkah Dewi Motik, disusul 2 orang petinggi Kowani lainnya, setelah memohon pamit kepada Ibu Elly Risman dan mensupport agar beliau tidak lupa menyampai pesan, betapa bahayanya pornografi dan seks bebas.(Jujur saat itu saya menangis dalam hati, memohon ampun sama Allah jika saya pernah melakukan kedzaliman kepada orang lain...dan beginilah rasanya menjadi pecundang hina dina)

Di perjalanan pulang, kami berempat tak henti-hentinya beristighfar dan bersyukur kepada Allah, atas kekuatan yang diberikanNYA untuk menyampaikan kebenaran ini. Kami tahu, sebagai host acara yang cukup bagus, Andy F Noya senantiasa dihujani puja puji dan tepuk tangan. Karena memang selama ini Andy begitu dikagumi lantaran program Kick Andynya dianggap telah banyak menginspirasi orang. Mungkin karena kehebatan itu. selama ini tak pernah ada yang berani mengingatkan jika suatu ketika Andy salah. Jadi wajar Andy sangat marah ketika kami ingatkan bahwa tak selayaknya "KISAH HOROR" PSK remaja dieksploitir. Hmmm tepuk tangan memang menikam rupanya.

Buat Andy F Noya, terimakasih telah mengusir saya dengan begitu "SANTUN". Namun maaf sekali, saya tidak merasa lebih terhina. Saya justru bersyukur, karena setelah itu saya dapat kabar, anda memberi ruang untuk Ibu Elly bicara lebih banyak, ketimbang sebelumnya. Saya sangat menyayangkan, show anda yang dikagumi selama ini sebagai suatu tayangan yang "Mendidik", di antara tayangan sampah, ternyata juga "mengikuti selera rendah pasar" dan eksploitatif. Bahkan hingga di akhir acarapun saya mendapat laporan dari kawan-kawan yang masih berada di dalam, bahwa tak satu patah katapun keluar nasehat untuk anak muda yang bejubel hadir, bahwa ini sesuatu keprihatinan bersama, bahaya besar buat bangsa ini, dan jangan sampai ada yang meniru, atau nasehat apalah yang mendidik.

Anda keliru jika merasa hebat telah melecehkan orang lain. Percayalah, kehormatan dimata manusia tak ada artinya, jika kita tak punya kehormatan di mata Sang Maha Kuasa. Kemuliaan seseorang tak terusik dengan sangkaan manusia manapun. Lagi pula menghina dan melecehkan orang lain, sesungguhnya kita justru tengah menghinakan dan melecehkan diri sendiri.

Karena itu saya juga telah memaafkan anda tanpa diminta. Bagi saya kejadian ini hanya teguran dan pembelajaran dari Allah buat saya, agar kita jangan terlena jika sudah merasa berbuat baik, lalu merasa paling benar dan paling hebat. Ya Allah ampuni hamba.

Oya, satu lagi kekecewaan yang ingin saya sampaikan anda dan crew Metro TV, tak sedikitpun melindungi identitas si nara sumber (PSK remaja perempuan), begitu ia keluar studio rekaman. Saya dan Ibu Dewi Motik langsung dapat mengenalinya dan sempat memeluk serta menasehatinya. Pakaian yang ia kenakan dan atribut yang menyertai masih sama dengan apa yang ia pakai sewaktu dipanggung menjadi nara sumber yang bermandikan cahaya dan sorot kamera. Padahal jika memang benar ia PSK remaja, yang mau bertobat (seperti katanya) tentu ia masih punya harapan untuk hidup baik, bukan malah dieksploitasi dan dipromosikannya sebagai pelacur !!! Pernahkah anda membayangkan, bagaimana perasaan anda jika nasib itu menimpa anak anda sendiri ?

Ketika saya hendak menutup "Cerita menjelang tidur ini", saya dapat SMS dari Ibu Elly Risman yang bertuliskan "Kau benar adikku. Kakak Kecewa sampai tak tahu harus jawab apa. Tapi mudah-mudahan pesan yang yang sedikit itu sampai. Kita Tidak dilibatkan membuat programnya. Terimakasih ya sayang, telah bersikap".

Ya Rabbana, berilah kami selalu kekuatan untuk menyatakan kebenaran jika itu benar, dan melawan segenap kemungkaran, meski hal itu harus melukai diri sendiri.

Amin ya Rabbal Alamin.

(Tatty Elmir 19 Januari 2011)

Tuesday, February 8, 2011

Wael Ghonim Relaunches the Revolution

Everyone following events in Egypt knows by now that, last night around 11pm on Dream 2, Wael Ghonim — one of the instigators of the January 25 movement who has just been released after 12 days in detention — gave the country one of the most moving moments of television I have ever seen. After explaining his ordeal, his ideals, and his views on why the people in Tahrir were right, host Mona Shazli showed pictures of the "martyrs" of this uprising. Ghonim broke down and cried, saying as he sobbed: "It's not our fault. To the mothers and fathers, it's not our fault. It's the fault of the people in positions of authority who don't want to leave power."

This cathartic moment may be the spark that was needed to revive Egypt's revolutionary fervor. The regime had, to some extent successfully, driven a wedge between the protestors and the majority of Egyptians who have spent the last two weeks terrified about the lack of security and hurting because the economy has come to a halt. It also spread insidious, xenophobic propaganda about how the people in Tahrir were foreigners, paid by the US to protest, agents of Israel and Iran (those two fight a lot but will always get together against Egypt, obviously), or simply that their behavior is "not Egyptian."

I thought that the next step for the people in Tahrir would have been to retake the initiative by suggesting its own roadmap for transition, or focusing on the many deaths and reports of the use of snipers that are coming out. After two weeks, the world's media is getting tired of this story and there needed to be a relaunch. Who better than a marketing executive from Google to do that? Ghonim's appearance was heartfelt and genuine, and kudos to Dream — especially the wonderful Mona Shazli, who has the uncanny ability to frame her questions with both an air of maternal authority and convey an everyman's take on events — for airing this interview and so many others that reveal the criminality of the government and the courage of the protestors.

Today's day of rage should be big, and with these few minutes of television the people in Tahrir may finally have a leader.

Source: http://www.arabist.net/blog/2011/2/8/wael-ghonim-relaunches-the-revolution.html

Clarifying the Muslim Brotherhood

As Mubarak's regime starts to topple, there is speculation whether the Muslim Brotherhood will dominate the new Egyptian political landscape. It will undoubtedly play a role in creating a new government, but is adamant in its stance that is does not seek leadership and will not field candidates for presidency. The Brotherhood is the largest, most popular, and most effective opposition group in Egypt.

Those who oppose the Muslim Brotherhood usually contrive their arguments against them saying that they represent Islamic tyranny, adding that the Muslim Brotherhood was originally an anti-system group that committed acts of violence against its opponents in the pre-1952 era. However, portraying the Brotherhood as eager to seize power and impose Islamic law on an unwilling nation is ludicrous, as the group has obviously changed and evolved throughout its history and its stances in the current crisis constitute a voice of moderation, insight and determination that can only be applauded, and which has gained the group, and protestors international sympathy and support.

Founded in 1928, the Muslim Brotherhood is the longest continuous contemporary Islamist group. It was initially established, not as a political party, but as a da'wa (religious outreach) association that aimed to cultivate pious and committed Muslims through preaching, social services, and spreading religious commitment and integrity by example. It called on Egyptians to unite to confront imperialism and pursue economic development and social justice.

In 1984, the Brotherhood started running candidates in elections. The Brotherhood entered the political system to advocate for the people's will and be the voice of ethics and justice. Leaders who were elected to professional syndicates engaged in sustained dialogue and cooperation with members of other political movements. Through interaction, Islamists and Arabists found common ground in the call for an expansion of public freedoms, democracy, and respect for human rights and the rule of law.

The Brotherhood has been working for years on projects to create a civic charter and a constitution, preparing for the time when a new democratic government came to power. During the past week of protests, members of the cross-partisan groups were able to quickly reactivate their networks and help form a united opposition front. It is likely that these members will play a key role in drafting Egypt's new constitution.

Over the last 30 years, the Brotherhood has developed expertise in electoral competition and representation, and has developed new professional competencies and skills, forging closer ties with Egyptian activists, researchers, journalists, and politicians outside the Islamist camp. The leadership is more internally diverse today than ever before.

There is a new generation of Islamist democracy activists both inside and outside the Muslim Brotherhood. The Brotherhood is using discretion in its function in the uprising, aware that the greater its role, the higher the risk of a violent crackdown. There is a historic precedent for this in the harsh wave of repression that followed its strong showing in the 2005 parliamentary elections. Its immediate priority is to ensure that President Hosni Mubarak steps down and that the era of corruption and dictatorship associated with his rule comes to an end. The Brotherhood also knows that a smooth transition to a democratic system will require an interim government palatable to the military and the West, so it has indicated that it would not seek positions in the new government itself.

Reformers, like the Brotherhood, will be vital among the other opposition groups when they draft a new constitution and establish the framework for new elections. The Brotherhood has demonstrated that it is capable of evolving over time, and the best way for Egypt to strengthen its democratic commitments is to include it in the political process, making sure there are checks and balances in place to ensure that no group can monopolize state power and that all citizens are guaranteed certain freedoms under the law. This is what the Brotherhood is calling for.

The Brotherhood has a track record of nearly 30 years of responsible behavior and has a strong base of support. It has thereby earned a place at the table in the post-Mubarak era. And indeed, no democratic transition can succeed without it.

Source: http://www.ikhwanweb.com/article.php?id=27979

Saturday, January 22, 2011

Tabel Gerakan Sholat

Semoga Tabel Gerakan Sholat berikut ini bisa bermanfaat untuk membantu putra-putri anda melaksanakan sholat sendiri.