Sunday, October 11, 2009

Suka Duka Muslim di Perancis (5)

Tulisan berikut ini diambil dari Blog Vien AM. Saat ini saya dan keluarga tinggal di kota kecil di Kanada. Sedikit banyak kami bisa merasakan pengalaman yang diceritakan dalam tulisan ini.

Terima kasih untuk Vien AM yang telah mengijinkan saya menyebarkan tulisan nya melalui blog ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

( Sambungan dari Suka Duka Muslim di Perancis (4)).

Bepergian dan mengenal bangsa, bahasa dan budaya negara lain bagi sebagian besar orang tentu hal yang sangat diimpikan. Apalagi bila kemudian kita bisa mengambil hikmahnya. Kita contoh adab dan kebiasaan mereka yang baik dan kita buang hal-hal yang negative dan berpotensi memalingkan kita dari mengingat Sang Khalik. Diantara prilaku bangsa Barat yang baik adalah kebiasaan mengantri, disiplin ( menghargai waktu), menjaga kebersihan serta mengucap salam (mungkin ini hanya orang Perancis) . Sedangkan sikap yang tidak patut ditiru adalah terlalu materialistis dan yang terparah tidak mau mengakui keberadaan-Nya alias Atheis!

Namun berbicara diluar ke-Atheisme-an mereka, jujur, dibanding kita sebenarnya sifat dan sikap orang Barat lebih banyak baiknya daripada buruknya. Sikap buruk seperti hubungan bebas antara lelaki dan perempuan, berpesta dan bermabuk-mabukan yang ada pada mereka pada dasarnya karena mereka tidak mau memegang aturan agama. Itu sebabnya ketika orang Barat bersyahadat biasanya mereka sangat serius, pasrah sepenuhnya kepada aturan-Nya. Berbeda dengan kebanyakan dari kita yang meskipun mengaku beriman dan berislam namun ternyata dalam penerapannya tidak serius. Contohnya diantaranya ya itu tadi, kurang dalam menjaga kebersihan dan kedisiplinan.

Padahal Rasulullah bersabda : “ Kebersihan adalah bagian Keimanan” ?; “ Bukanlah orang Mukmin orang yang selalu mencela, mengutuk, berkata keji dan berkata kotor”.(HR. Muslim)

Buat saya pribadi, hal yang paling menyusahkan ketika bepergian ke negri dimana Muslim adalah kaum minoritas adalah dalam hal makanan. Padahal sebagian diantara kita ada yang salah satu tujuan bepergian adalah demi kuliner atau mengenal masakan negri yang dikunjunginya. Perancis adalah negara yang terkenal diantaranya karena masakannya. Orang Perancis memang dikenal sebagai pemuja makanan lezat. Bahkan dalam acara jamuan makan mereka bisa betah berjam-jam menghabiskan waktu untuk menikmati tahapan demi tahapan makan sambil membicarakan makanan tersebut. Mulai dari bahan dasarnya, cara pembuatannya hingga akhirnya berkembang ke segala macam pembicaraan bahkan perdebatan. Jangan lupa orang Perancis benar-benar hobby berdebat dalam segala hal!

Namun yang membuat kita susah adalah karena disamping mereka penggemar masakan yang terbuat dari daging babi mereka juga hampir selalu menambahkan alkohol, baik itu jenis wine, rhum maupun jenis lainnya. Bahkan saladpun yang kelihatannya hanya ‘sayuran’ tetap saja sausnya dicampur dengan alkohol jenis tertentu. Begitupun ‘entrĂ©e’; makanan kecil pembuka dan dessert ; makanan penutup seperti quiche , tarte tatin, sorbet, joghurt dll yang sungguh tidak bakal mampu menahan air liur kita untuk tidak keluar …nyammm… Itu sebabnya saya lebih memilih membeli makanan kecil pembuka dan penutup di supermarket daripada di restoran walaupun mungkin rasanya tidak seenak di resto. Mengapa? Karena di supermarket biasanya dicantumkan isi dan kadungannya.. Lebih aman kan?
Sorbet a La Fraise

”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. ( QS. Al-Maidah (5):90).

Yaah pikir-pikir jihad deh..jauh kan dibanding musti berperang seperti misalnya rakyat Palestina yang tertindas di negrinya sendiri atau rakyat Afganistan dll… Yaahh. g ada apa-apanya lah..

Hal lain adalah soal shalat karena sulitnya mencari masjid. Jalan keluarnya paling-paling ya digabung alias diqadha. Itupun hanya dikerjakan di dalam mobil atau duduk dimana saja yang memungkinkan. Namun bagi anak perempuan saya yang saat ini duduk di Lycee atau SMA agak berbeda kasusnya. Di musim panas dimana waktu siang amat panjang karena matahari baru terbenam pukul 9 – 10 malam, ia bisa meng-qodho zuhur dan asar sepulang sekolah. Meskipun terus terang saya agak kurang setuju karena kita bakal tinggal di negri ini hingga 3 tahun-an. Masalahnya adalah ketika musim dingin dimana.jam 5 matahari sudah mulai terbenam. Padahal sekolah baru bubar pukul 6 an.

Dengan alasan tersebut akhirnya saya berdua suami datang menghadap wali kelas dimana anak saya bersekolah. Ketika itu ia memang tidak langsung menjawab. Ia hanya mengatakan bahwa selama bertahun-tahun mengajar belum pernah ada permintaan seperti itu. Padahal sekolah memiliki cukup banyak murid Muslim, akunya. Hal yang cukup mengejutkan bagi kami. Karena kami pikir anak kami satu-satunya murid Muslim di sekolah tersebut. Namun demikian ia berjanji akan menyampaikannya kepada kepala sekolah. Beberapa hari kemudian anak saya menyampaikan bahwa ia mendapat izin menggunakan ruang wali kelas untuk shalat… Alhamdulillah.

Namun esok harinya anak saya kembali dipanggil guru lain. Katanya anak saya tidak mungkin menggunakan salah satu ruang untuk shalat karena nanti yang lain juga pasti menuntut hal yang sama. Ini kan sekolah Kristen, tambahnya . Kalau kamu memaksa silahkan saja shalat di halaman sekolah. Yaah bener juga , pikir saya. Siapa suruh sekolah di sekolah Kristen… Pertimbangan kami ketika itu disamping karena masuk sekolah negri lebih sulit juga karena di sekolah negri murid-muridnya lebih tidak ber-akhlak. Di sekolah Kristen minimal mereka mengenal Tuhan. Jadi otomatis mereka mengenal kata dosa ..

Hal lain adalah ketika suatu ketika saya harus cek kesehatan di kantor Imigrasi Paris. Ini adalah prosedur standard bagi pendatang. Karena suami datang ke negri ini lebih awal maka ia sudah cek lebih dulu. Ia mengingatkan saya untuk minta dipriksa oleh dokter perempuan karena berdasarkan pengalamannya pasien hanya diperbolehkan mengenakkan penutup bagian bawah tubuh seperti rok atau celana sementara bagian atas harus terbuka kecuali ( maaf…. ) kutang untuk kaum hawa!. Dan ini berlaku tidak hanya ketika dokter memeriksa tubuh pasien saja namun begitu kita memasuki ruang dokter untuk konsultasi..Astagfirullah..persis ‘ketek’ alias monmon, keluh saya.

Ironisnya lagi, permintaan saya untuk diperiksa oleh dokter perempuan ditolak walaupun sampai tiga kali saya memohon kepada tiga perawat yang berbeda. Alasannya dokter hanya 4 yang perempuan hanya satu. Jadi tidak bisa pilih-pilih. Yaah.. saya hanya bisa pasrah dan terus berdoa semoga saya kebagian dokter perempuan. Saya terus menghitung urut-urutan pasien sebelum saya dengan hati berdebar. Hingga tiba saatnya salah satu pintu ruang dokter lelaki terbuka ( sementara di dalam ruang dokter perempuan pasien belum juga keluar). Mata saya tidak berkedip mengikuti langkah sang dokter menuju ruang dimana setumpuk file pasien menanti. Menurut urutan normal mustinya itu giliran saya. Dokter mengambil satu file. Namun ntah mengapa tiba-tiba ia berbalik lagi. Meletakkan file, pergi sebentar kemudian mengambil file lagi kemudian memanggil sebuah nama. Pandangan saya sudah mulai agak kabur ketika tiba-tiba saya tersadar bahwa bukan nama saya yang dipanggil! Saya benar-benar tercengang karena yang dipanggil adalah nama pasien perempuan lain yang datang setelah saya. Allahu Akbar…” Trima-kasih Ya Allah”, bisik saya..

Selanjutnya tatapan saya beralih ke pintu ruang dokter perempuan yang belum juga terbuka. “ Kliik..”, tiba-tiba terdengar pintu ruang lain yang terbuka. “ Yaah.. g selamet deh”, pikir saya lagi. Tapi ternyata tidak juga. Dokter memanggil pasien lain lagi. Tak lama kemudian dokter perempuan yang amat saya harapkanpun keluar, pergi menuju ruang file dan memanggil nama …saya. Alhamdulillah..saya langsung tersenyum ceria seolah ada beban berat yang tiba-tiba menghilang. Saya tidak peduli apa yang ada dalam pikiran dokter yang telah menyelamatkan saya itu hingga pasiennya koq bisa seceria itu …Yang jelas sebelum saya keluar sang dokter sempat berkata “ Selamat jalan” sambil tersenyum simpul… Loh..koq ngomong bahasa Indonesia….

Beberapa menit kemudian sayapun telah berada didalam taxi menuju airport Charles De Gaulle – Paris. Ketika itulah saya menyaksikan dengan kepala sendiri seorang peminta-minta menyelinap di tengah jalanan yang macet di kota Paris. Ironisnya lagi, peminta-minta tersebut adalah seorang Muslimah! Dan saya yakin pasti orang tersebut adalah pengungsi korban perang salah satu Negara Muslim atau tepatnya bukan korban perang melainkan korban kerusuhan yang memang sengaja ditimbulkan musuh-musuh Islam! Hal yang beberapa tahun yang lalu tidak pernah saya saksikan. Fenomena ini dulu juga sudah ada. Namun biasanya mereka hanya duduk di perempatan jalan bawah tanah ( Metro) dimana di hadapan mereka tergeletak sebuah kotak untuk menaruh uang receh plus karton yang berisi tulisan bahwa mereka perlu untuk uang makan padahal mereka punya beberapa anak yang harus dihidupi. Disamping itu mereka juga bukan satu-satunya pengemis karena banyak juga orang Perancis asli yang hidup dengan cara seperti itu.
Camp Pengungsi Callais

Tiba-tiba saya teringat peristiwa beberapa hari yang lalu dimana polisi Perancis menggelar operasi besar-besaran untuk membongkar paksa camp pengungsian di sebuah hutan di Callais, perbatasan Inggris- Perancis. Camp yang dihuni sekitar 270 orang pengungsi Afganistan ini, lebih dari separuhnya dikabarkan adalah anak-anak dibawah umur, sebenarnya telah ada sejak beberapa bulan lamanya. Berkat bantuan para relawan hingga saat penggebrekan beberapa waktu lalu mereka masih tetap aman. Mereka bahkan masih bisa menjalankan shalat berjamaah.

Saya tidak dapat membayangkan bagaimana mereka dapat bertahan hidup di dalam tenda terbuka di hutan dengan segala keterbatasannya. Apalagi sebentar lagi musin dingin akan tiba. Saya pikir penggerebekan polisi kali ini adalah salah satu bentuk pertolongan-Nya. Karena biasanya di Perancis orang yang tertangkap karena tidak memiliki tempat tinggal akan ditempatkan di tempat penampungan. Separah-parahnya.paling lelaki dewasa akan dideportasi dengan biaya di tanggung pemerintah Perancis. Sekali lagi ini adalah cara Allah swt mengatur para hamba-Nya. Menurut Islam lelaki dewasa wajib meneruskan jihad mempertahankan negara dan agamanya setelah ia mengantar para perempuan yang lemah dan anak2 ke tempat yang lebih aman. Allahu Akbar..

Sementara dilihat dari sisi lain, disamping para pelajar, mahasiswa, expatriate dan para imigran Muslim sebenarnya keberadaan pengungsi (Muslim) ke belahan dunia Barat adalah bagian dari cara penyebaran Islam. Dengan cara ini minimal tuan rumah menjadi tahu bahwa Islam itu eksis. Adalah tugas mulia bila para pengungsi ini dapat membawa ajaran Islam dengan baik walaupun mereka hidup serba kekurangan dan mungkin kurang dihargai. Ini adalah cobaan sekaligus jihad bagi mereka. Patut diingat, bila boleh dan bisa memilih tentu tak ada seorangpun di dunia ini yang mau menjalani hidup seperti itu. Jadi sungguh beruntung kita yang tidak mengalami nasib seperti mereka.

Sebaliknya bagi pihak/negara penerima pengungsi. Harus diingat bahwa ‘ perang’ Afganistan, penindasan, kerusuhan dan kekacauan di berbagai negara Islam seperti Palestina, Irak dll jelas bukan perang. Afganistan misalnya. Negara ini ramai-ramai di’satroni’ dan dikeroyok Barat dengan alasan demi memerangi terorisme. Padahal nyatanya bukankah justru pengeroyokan itulah yang menyebabkan rakyat menderita, bukan? Demikian juga rakyat Palestina yang jelas-jelas ditindas di atas tanah negrinya sendiri…Apa sebenarnya motif di belakang ini semua? Minyak dan kekayaan alam Timur Tengah? Egoisme Yahudi ( dengan kendaran Amrik-nya) demi mendirikan negaranya? Atau gabungan antara keduanya….

Jadi sudah sepantasnya bila negara-negara yang saat ini didatangi para pengungsi itu mustinya bertanggung-jawab atas apa yang mereka lakukan. Namun bagaimana dengan tanggung –jawab dan reaksi para negara saudara seiman seperti Arab Saudi dll ??

“Kamu akan melihat kepada orang-orang Mukmin itu dalam hal kasih-sayang diantara mereka, dalam kecintaan dan belas kasihan diantara mereka adalah seperti satu tubuh. Jika satu anggota tubuh itu merasa sakit maka akan menjalarlah kesakitan itu pada anggota tubuh yang lain dengan menyebabkan tidak dapat tidur dan merasakan demam.”(HR Bukhari).

Wallahu’alam bi shawab.

Pau-France, 28/9/2009.

Vien AM.

No comments:

Post a Comment